Rabu, 18 Juli 2012

Pintu Ar-Rayyan Untuk Yang Berpuasa



Bulan yang dirindukan oleh umat Islam telah tiba. Bulan penuh amalan. Bulan Puasa. Bulan Ramadhan.

Puasa adalah ibadah yang istimewa. Ibadah yang benar-benar hanya untuk Allah. Karena hanya Allah dan hamba yang sedang berpuasalah yang tahu akan ibadah itu. Karena itulah Allah berjanji akan memberikan balasan kepada hamba-Nya yang berpuasa. Dan janji Allah adalah benar. 

Balasan itu antara lain adalah bentuk penghormatan kepada orang-orang yang berpuasa kelak di akhirat nanti. Mereka akan memasuki surga melalui sebuah pintu yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang berpuasa. Pintu khusus itu adalah pintu Ar-Rayyan. 
Ar-Rayyan adalah salah satu dari 8 pintu yang ada di surga, yang hanya boleh dilewati oleh orang-orang yang berpuasa.

“Di surga terdapat delapan pintu. Ada pintu yang namanya ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang puasa.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kelak di hari kiamat, akan ada yang memanggil: dimanakah orang-orang yang berpuasa?... Lalu orang-orang yang semasa hidupnya gemar berpuasa akan berduyun-duyun masuk melalui pintu ar-Rayyan. Tidak akan boleh masuk bersama mereka seorangpun selain mereka. Maka setelah orang terakhir dari mereka telah masuk, pintu ar-Rayyan akan ditutup kembali.Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya.

Alangkah senangnya jika kita termasuk dari orang-orang yang dipanggil untuk melalui pintu itu…. Marhaban ya Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa....



Sumber : dwisuka.blogspot.com

Senin, 09 Juli 2012

10 Rahasia Menjadi Muslimah Sukses



Saudariku muslimah,
Kesuksesan merupakan sesuatu hal yang sangat diinginkan oleh seseorang. Menjadi orang sukses bukanlah sukses dalam hal karir atau kesuksesan dunia lainnya tapi kesuksesan adalah apabila kita meraih kesuksesan untuk dunia dan akhirat. Kebahagiaan selalu beriringan dengan kesuksesan. Ketika kita sudah bahagia maka berarti kita telah merasakan kesuksesan. Sedangkan kesuksesan belum tentu kita merasa bahagia.

Mr. Endro Dwi Hatmanto, S.Pd, MA,  seorang motivator menyampaikan 10 cara menjadi muslimah sukses.
.
  1. Aqidah yang kuat –> kita harus memiliki aqidah yang kuat kepada ALLAH SWT. karna ALLAH SWT lah yang Maha Kuasa.
  2. Ibadah yang benar –> ALLAH SWT tidak akan menerima ibadah yang semata-mata bukan karna-Nya.
  3. Akhlak yang kokoh –> selain harus beribadah kepada ALLAH SWT, kita juga harus menjaga hubungan baik terhadap makhluk lain.
  4. Kekuatan jasmani –> ALLAH SWT tidak suka melihat hambaNya yang rapuh, karna jika kita sakit, ibadah kita tidak bisa maksimal
  5. Kecerdasan Intelektual –> jika kita tidak pandai memisahkan antara yang benar dengan yang salah, maka kita akan mudah terjerumus pada aliran sesat.
  6. Berjuang melawan hawa nafsu –> kita harus bisa mengontrol diri. jangan selalu menuruti nafsu.
  7. Pandai mengatur waktu –> kita harus tau kapan waktunya main, belajar dan beribadah. ALLAH SWT tidak suka melihat hambaNya menyia-nyiakan waktunya.
  8. Profesional dalam segala hal –> kita tidak boleh mencampuradukkan urusan.
  9. Mandiri dan kuat dalam ekonomi –> tidak boros dan tidak pelit.
  10. Bermanfaat bagi orang lain –> percuma jika kita selalu beribadah tapi kita malah menjadi benalu bagi orang lain.
itulah 10 rahasianya…
marilah kita bersama-sama berusaha menjadi muslimah yang sukses.
SEMANGAT…!!?
ALLAHUAKBAR….!!!? 


Sumber : soorizenisguardian.wordpress.com

Selasa, 03 Juli 2012

Ramadhan Menjelang, Ayo Qadha' Puasa


Tidak lama lagi, bulan Ramadhan akan datang. Ramadhan adalah bulan yang paling dirindu kedatangannya oleh seluruh kaum muslimin. Betapa tidak? Pada bulan Ramadhan segala amal ibadah mendapat ganjaran yang berlipat-lipat ganda dan hanya pada bulan Ramadhan sajalah kita dapat menemui malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang apabila seseorang melakukan amal shalih karena Allah ta’ala semata pada saat itu, maka pahala yang didapatnya itu lebih baik dari usaha yang dilakukannya selama seribu bulan. Maka sudah sepantasnya, banyak kaum muslimin yang semakin besar semangatnya untuk beramal shalih pada bulan ini.

Kaum wanita pun tidak kalah semangat untuk menabung pahala, akan tetapi kaum wanita memiliki fitrah yang tidak dapat dielakkan, namun memerlukan perhatian khusus. Dan tidak sedikit kaum wanita yang masih bingung ketika dihadapkan dengan masalah-masalah kewanitaan, khususnya pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Berikut beberapa masalah yang sering ditemui oleh wanita berikut solusinya.


Masalah:
Wanita Memiliki Utang Puasa, Tetapi Belum Mengqadhanya Hingga Datang Ramadhan Berikutnya

Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan, yaitu:
Pertama: Keadaan wanita tersebut tidak memungkinkan untuk segera mengqadha puasanya pada Ramadhan yang lalu hingga datang Ramadhan berikutnya, misal: karena alasan sakit.
Dalam masalah ini, terdapat dua kondisi, yaitu:
Kondisi 1: Apabila wanita tersebut meninggalkan kewajiban puasa dan menunda qadha puasanya karena ketidak mampuannya, maka wajib baginya untuk mengqadha hari-hari yang ditinggalkannya itu saat dia telah memiliki kemampuan untuk mengqadhanya. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya,
“Dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.” (Qs. Al-Baqarah: 185)
Kondisi 2: Apabila ketidak mampuan wanita tersebut untuk melaksanakan puasa bersifat permanen, yakni tidak bisa hilang (sembuh) menurut keterangan ahli medis dan dikhawatirkan bahwa puasanya itu akan membahayakan dirinya, maka wanita tersebut harus memberi makan orang miskin sebanyak hari yang ditinggalkannya itu sebanyak setengah sha’ (sekitar 1,5 kg) makanan pokok di daerahnya. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala yang artinya,
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.” (Qs. Al-Baqarah: 184)
Ketentuan ini juga berlaku bagi wanita yang meninggal karena sakit, sementara dirinya masih memiliki tanggungan puasa Ramadhan. Maka keluarganya hanya diwajibkan untuk mengeluarkan fidyah sebanyak hari yang ditinggalkan oleh wanita tersebut. [Lihat penjelasan Ibnu Qayyim dalam kitab I'laamul Muwaqqi'iin (III/554) dan tambahan keterangannya di Tahdziibus Sunnan Abi Dawud (III/279-282)]

Kedua: Wanita tersebut dengan sengaja mengulur-ulur waktu untuk mengqadha utang puasanya hingga datang Ramadhan berikutnya.
Dalam masalah kedua ini, wanita tersebut harus bertaubat kepada Allah ta’ala dikarenakan kelalaiannya atas suatu ketetapan Allah. Selain itu, dia juga harus bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Karena menunda-nunda pelaksanaan qadha tanpa ada udzur syar’i adalah suatu maksiat, maka bertaubat kepada Allah merupakan suatu kewajiban. Kemudian, wanita tersebut harus segera mengqadha puasanya setelah bulan Ramadhan berikutnya. Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu…” (Qs. Ali ‘Imran: 133)

Ketiga: Wanita tersebut tidak mengetahui kewajiban melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, karena minimnya ilmu agama, dan atau tidak mengetahui secara pasti jumlah hari yang ditinggalkannya selama bulan Ramadhan yang lalu.
Dalam masalah ketiga, seorang wanita dinyatakan mukallaf (terkena beban ketentuan syari’at) dengan beberapa syarat, yaitu: (1) beragama Islam, (2) berakal, (3) telah baligh. Dan balighnya seorang wanita ditandai dengan datangnya haidh, tumbuhnya bulu di daerah sekitar kemaluan, keluarnya mani, atau telah memasuki usia 15 tahun. Apabila syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka kewajiban untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan telah jatuh kepadanya, dan dia juga berkewajiban untuk melaksanakan qadha puasa sejumlah hari yang ditinggalkannya.
Namun, apabila wanita tersebut tidak mengetahui hukum-hukum yang ditetapkan oleh syari’at -bukan karena dia tidak ingin atau malas mencari tahu, akan tetapi karena sebab lain yang sifatnya alami, misal karena dia tinggal di daerah pedalaman yang jauh dari para ahli ilmu- maka tidak ada dosa baginya meninggalkan puasa pada tahun-tahun dimana dia masih dalam keadaan jahil (tidak tahu) terhadap ketentuan syari’at. Kemudian, apabila dia telah mengetahuinya, maka wajib baginya untuk melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, dan hendaknya dia mengqadha puasa yang ditinggalkannya sewaktu dia masih dalam keadaan tidak tahu, agar dapat terlepas dari dosanya. [Lihat Fataawa Nur 'ala ad-Darb, Syaikh Utsaimin, hal. 65-66 dan Fatwa-Fatwa Tentang Wanita (I/227-228)]
Adapun apabila wanita tersebut ragu akan jumlah hari yang ditinggalkannya, maka dia dapat memperkirakannya, karena Allah ta’ala tidak membebani seseorang diluar kesanggupannya. Allah berfirman yang artinya,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)
Dan firman Allah yang artinya,
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu,” (Qs. At-Taghaabun: 16)

Catatan:
Mengqadha puasa tidak wajib dilakukan secara berturut-turut dan tidak mengapa apabila seorang wanita tidak langsung mengqadha puasanya setelah bulan Ramadhan berakhir. Namun, hendaklah dia melakukannya apabila tidak ada udzur yang menghalanginya. Wallahu a’lam.

Sumber : muslimah.or.id
              komikmuslimah