Selasa, 26 Juni 2012

Meraup Pahala ketika Haid


Haid adalah perkara biasa yang dihadapi Kaum Hawa. Namun, haid bukan berarti penghalang untuk mendekatkan diri pada Allah. So, ibadah apa yang boleh dilakukan ketika haid?

Haid menurut bahasa berarti “mengalir”, sedangkan secara syar’i adalah darah yang keluar dari bagian dalam rahim wanita pada waktu-waktu tertentu, bukan karena sakit atau terluka, tetapi ia adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah SWT bagi wanita. Jangka waktu haid minimal sehari semalam dan maksimal selama lima belas hari, namun umunya adalah enam atau tujuh hari. Nah, dalam Islam apabila seorang wanita dalam kondisi haid, maka dia ”diharamkan” untuk melakukan beberapa aktifitas ibadah.

Aktifitas ibadah yang terlarang/haram dilakukan seorang wanita yang sedang haid adalah :

Shalat

Seorang wanita haid tidak diperkenankan untuk mendirikan shalat, baik shalat wajib maupun sunnah. Bahkan tidak sah apabila tetap dilaksanakan. Sesuai sabda Rasulullah SAW:

”Bukankah jika seorang wanita haid tidak shalakami disudan shaum.” (HR. Muslim)

Puasa

Diharamkan seorang wanita berpuasa saat ia haid. Namun, ia wajib mengqadha (mengganti) di lain waktu. Ini sesuai pernyataan ’Aisyah radhiallahu ’anha:

Apabila yang demikian itu (haid) menimpa kami, maka kami disuruh (oleh Rasulullah) mengqadha puasa namun tidak disuruh untuk mengqadha sholat. (HR. Muslim)

Berdiam di Masjid

Keempat Imam Mazhab sepakat, bahwa wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan untuk duduk di masjid. Dalilnya adalah Sabda Rasulullah:

”Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita haid dan orang junub.”(HR. Abu Daud)

Adapun jika seorang melintas di dalam masjid untuk suatu keperluan, maka hal diperbolehkan. Dalilnya, Rasulullah pernah memerintahkan ’Aisyah membawa khumrah (semacam sajadah) yang ada di masjid. Lalu ’Aisyah berkata, ”Sesungguhnya aku sedang haid .” Rasul bersabda, ” Sesungguhnya haidhmu itu bukan berada di tanganmu.” (HR. Muslim)

Bagi muslimah yang sedang haid saat bulan Ramadhan ini tentu kebingungan, ibadah apa ya kira-kira yang adapat dilakukan saat haid di bulan Ramadhan ini? Jangan kecil hati, masih ada aktifitas bernilai ibadah yang dapat dilakukan para muslimah saat haid. Dengan demikian, Ramadhan tetap bermakna meskipun dalam keadaan haid.

Ibadah yang dapat dilakukan ketika haid, antara lain :

PERTAMA, memegang dan membaca Al Qur’an. Masalah ini menjadi perbedaan pendapat diantara ulama. Namun, menurut Syaikh al-islam Ibn Taimiyyah menbahas persoalan ini dalam kitabnya Majmu’ al-FatawaI, jld.26, ms. 191. Menurut kesepakatan para ulama bahwa hadist yang menerangkan bahwa wanita tidak boleh mebaca Al Qur’an saat haid adalah hadist dhaif (lemah). Dengan demikian, wanita yang sedang haid diperbolehkan untuk membaca Al Qur’an.

KEDUA, mendengarkan bacaan Al Qur’an. Wanita haid diperbolehkan untuk mendengarkan bacaan Al Qur’an sambil bersandar di riba Aisyah padahal Aisyah saat itu sedang haid.

KETIGA, membaca kalimat thayyibah. Wanita haid diperbolehkan untuk membaca kalimat-kalimat thayyibah, seperti dzikir, takbir, tahlil, tahmid atau pun doa-doa yang disyariatkan pagi atau pun sore hari (al matsurat). Wanita haid juga diperkenankan untuk membaca buku-buku ilmiah, seperti tafsir, fiqh ataupun hadist.

KEEMPAT, mendengar ceramah. Wanita haid juga diperbolehkan mendengarkan ceramah, asalkan tidak di dalam tempat sholat. Seperti mendengarkan ceramah di depan TV atau radio. Di dalam kitab Shahih al-Bukhori dan Shahih Muslim, Umm ’Athiah radhiallahu ’anha berkata: ”Rasulullah SAW paernah bersabda menyuruh keluar wanita-wanita dan anak-anak gadis yang berada di dalam rumah kepada shalat dua hari raya (shalat Aidhil Fitri dan hari raya Aidhil Adha) supaya mereka dapat menyaksikan kebaikan dan seruan orang mukmin, dan jauhkanlah wanita haid dari mushalla (tempat lapang shalat Hari Raya).”


sumber:
http://mifsifeui.wordpress.com/2008/11/22/fiqunnisa-ibadah-saat-haid/

Selasa, 19 Juni 2012

Jangan Mengeluh, Ukhti


 

Semua orang pasti sudah merasakan penderitaan. Kita pernah merasakan sakit hati, kecewa, dan bahkan dikhianati. Itu luka hati. Di antara kita pernah juga luka fisik. Mungkin pernah juga ditimpa penyakit yang berat, atau bahkan sejak lahir sudah cacat. Apa yang kamu lakukan saat tertekan dan menderita?
Kamu terbiasa mengeluh? Menyalahkan keadaan? Atau malah menyalahkan orang lain yang kamu anggap punya andil dalam kegagalan dan penderitaan kamu?

Dalam menjalani hidup yang digariskan Allah Subhanahu wata’ala mungkin ada getir yang kita rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis, maka kegetiran menjadi sebuah keniscayaan. Hal yang terbaik adalah senantiasa ridha atas ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk mendapatkan keridhaanNya. Bukan mengeluh, sebab hanya mereka yang tak beriman yang senantiasa putus harapan.

Pada praktiknya banyak di antara kita yang sering ambil jalan pintas yang paling mudah, yakni mengarahkan telunjuk kita keluar. Celakanya lagi, banyak yang tak mau sedikitpun berusaha untuk interospeksi. Ada yang reaktif menyerang pihak lain, tak sedikit yang bisanya hanya mengeluh dan mengeluh.

Ukhti, nggak usah malu untuk mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Kegagalan adalah hal biasa. Kekalahan bukanlah akhir dari segalanya. Kecewa dan sedih bukanlah kiamat. Selama kita mau menghadapi kenyataan dengan realistis dan berusaha untuk mengubahnya, insya Allah masih ada waktu untuk memperbaikinya. So, tak perlu mengeluhkannya atau malah membuat kita hancur lebur di mata orang lain karena kita selalu menyalahkan mereka yang dianggap andil dalam kegagalan kita atau ketidakmampuan kita.

INTROSPEKSI DIRI
Pernah dengar kan istilah buruk muka cermin dibelah? Ya, ungkapan ini cocok untuk menggambarkan orang yang nggak biasa berlapang dada. Kalo emang kalah, harusnya akui kekalahan. Kalo emang salah, akui kesalahan. Tak perlu juga mengeluh atau membela diri. Sportif gitu lho. Jangan malah ngamuk-ngamuk untuk menuding orang lain sebagai biang kegagalan dan kesalahan kita. Padahal, kitanya aja yang emang lemah dan nggak mampu.

Sikap lapang dada ini harus dipupuk sejak anak-anak. Kejujuran dan mau mengakui keunggulan orang lain harus dibiasakan sejak usia dini. Atau, kalo pun sekarang kita udah pada gede, maka mulailah belajar untuk lapang dada. Belum telat kok. Sebab, daripada capek-capek menyalahkan orang lain, kan mendingan mengevaluasi kemampuan diri sendiri. Simpel. Mudah pula. Betul?
 
TERIMA KENYATAAN TAPI JANGAN MENYERAH
Selain kita kudu interospeksi, kita juga jangan putus asa. Interospeksi diperlukan agar kita mau sadar atas apa yang telah kita perbuat. Tetapi tentu saja nggak cukup cuma menyadari. Masih ada agenda yang harus dilakukan, yakni berusaha untuk memperbaiki kondisi dan jangan pernah menyerah.
Kata pepatah hidup ini nggak selamanya bisa memilih. Adakalanya kita harus rela menerima, sepahit apa pun kenyataannya. Nikmati saja. Nggak usah bingung, nggak usah jadi beban. Anggap saja kegagalan ini bagian dari dinamika hidup. Orang-orang yang lebih sentimentil suka bilang, ini seninya hidup.

Kedengarannya indah banget ya? Tapi bagus tuh, selain menghibur diri, juga belajar menikmati dengan senang hati terhadap sesuatu yang sebenarnya tak kita inginkan dan tak kita harapkan.
Kamu pernah nggak mengeluh ketika ditugaskan oleh ketua OSIS atau Rohis di sekolah? Bagi mereka yang suka mengeluhkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, alasannya seringkali banyak. Padahal intinya kamu manja campur malas. Misalnya, disuruh ngisi pengajian. Gaga-gara nggak ada sepeda motor lalu kamu malas. Tetapi untuk menutupi kemalasanmu, kamu berusaha self defence. Bahkan kemanjaan kamu ditampakkan juga dengan sedikit menimpakan kesalahan ke orang lain dengan beralasan, “Nih sepeda motor teman saya dipake bapaknya, jadi teman saya nggak bisa nganter saya deh ke pengajian. Lagi pula nih tiba-tiba penyakit maag saya kambuh.” Waduh! Kesannya emang jadi mendramatisir. Mengeluh dan sekaligus nyalahin orang.

Kondisi yang ‘mengkhawatirkan’ lainnya adalah, kalo kita berada pada posisi yang benar-benar menderita dalam kegagalan, tetapi kita mengeluh terus ketimbang berusaha mengubah kondisi itu. Setiap orang emang berbeda dalam cara meresponnya. Itu semua bergantung kepada pengalamannya dalam menikmati hidup ini. Bagi mereka yang kurang ‘terampil’ dan selalu lurus-lurus aja dalam hidupnya, maka bisa dipastikan, ia akan kaget berat menghadapi beratnya ujian. Beda ama yang udah biasa “pahit”, ia akan lebih dewasa dan bijak dalam bersikap. Tidak ada keluhan, yang muncul selalu optimis.

Yakinlah sobat, kalo kamu menghadapi persoalan sulit, dan jika kamu harus menelan rasa kecewa yang emang pahit itu, nikmati sajalah sebagai bagian dari dinamika hidup kita. Nikmati apa adanya. Yakin saja bahwa kamu bisa lolos dari tekanan itu atas pertolongan Allah Swt.

Kita harus yakin bahwa kita masih selalu bisa memperbaiki. Siapa tahu “ketahan-malangan” itu akan berguna di masa depan. Yakin saja sobat! Suatu saat kita akan terbiasa, dan terus mencari solusinya.

BADAI PASTI BERLALU
Sobat muda muslim, satu hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah, rasa pasti bahwa kehidupan ini akan normal kembali, meskipun mungkin dalam beberapa kondisi kayaknya bisa dibilang tak menentu. Tapi yakinlah, itu hanya sementara waktu saja. Ibarat penyakit mah, dalam tahap pemulihan. Ibarat badai, pasti akan berlalu.

Bila kegagalan itu sangat membuatmu patah semangat dan patah hati, jangan  mengeluh. Tetapi cobalah berani untuk membagi kesedihan dengan orang lain. Paling nggak dengan orang yang dekat denganmu. Insya Allah, dengan adanya shoulder to cry on—bahu untuk menangis, kita bisa menumpahkan segala kesedihan, amarah, termasuk emosimu yang lainnya setelah kegagalan itu kepada orang terdekat kita. Meskipun mungkin sangat sulit untuk memulainya. Tapi, cobalah lebih dekat dengan orang-orang yang spesial bagimu; kakakmu, ibumu, ayahmu, guru pengajian, guru di sekolah, atau bahkan dengan teman kamu yang kamu anggap cocok untuk curhat. Insya Allah bisa membantu.

So, jangan pernah terus mengurung diri dalam rasa kecewa yang amat dalam. Gagal itu biasa. Tapi berusaha terus, itu yang luar biasa. Jangan menyerah. Yakin saja, bahwa peristiwa itu akan sirna seiring perjalanan waktu, kepedihan perlahan-lahan akan lenyap sejalan dengan berlalunya waktu. Karena emang kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.

Oya, kamu juga bakal mengerti bahwa dalam upaya menghadapi sebuah kegagalan, kamu akan menjadi lebih kuat, lebih mudah beradaptasi, dan tentunya akan lebih pede menjalani hidup ini. Teruslah berusaha untuk berhasil. Lupakan kegagalan. Tak perlu mengeluh. Selain itu, kamu kudu berhenti mencari alasan untuk sebuah kegagalan. Jangan menyalahkan orang lain atas kegagalanmu atau ketidakmampuanmu melakukan sesuatu. Ok?

Kita bisa mencontoh usaha tak kenal lelah Rasulullah saw. yang berjuang 13 tahun di Mekkah untuk menyebarkan Islam. Bukan tanpa kegagalan, tapi Rasulullah saw. selalu dapat bangkit kembali. Perjuangan beliau 10 tahun di Madinah pun, banyak menuai kegagalan. Tapi Rasulullah saw. tak gentar. Dakwahnya yang sering dicemooh kaum kafir Quraisy, beliau jadikan sebagai cambuk untuk terus melaju. Hasilnya? Sampai sekarang Islam menjelma menjadi sebuah kekuatan yang wajib diperhitungkan pejuang ideologi lain.
So, jika menghadapi kesulitan dan kerumitan dalam hidup, jangan menyerah, jangan mengeluh, jangan menyalahkan orang lain atas penderitaan kita. Bersikaplah realistis. Kita memang manusia. Punya kelemahan dan tentu saja keterbatasan. Keluhan tak ada artinya tanpa ada perbuatan untuk mengubahnya. Apalagi selalu mengeluh. Awalnya sih bisa dianggap wajar karena manusia kalo menderita ya langsung merespon dengan berbagai ungkapan dan perilaku, termasuk mengeluh. Tetapi kalo ngeluh terus dan selalu nyalahin orang lain, gimana kita mau belajar mencambuk diri kita? Iya kan? Kamu bisa kan mengubah dan memperbaiki diri menjadi yang terbaik? Insya Allah bisa selama kamu mau berusaha.

Bener banget! Tak sedikit yang berusaha bangkit, dan akhirnya mereka berhasil. Namun banyak juga yang sudah berkali-kali bangkit tapi harus jatuh pula berkali-kali. Mereka mengeluh? Ada yang mengeluh. Namun tak sedikit yang tetap fokus pada apa yang ingin diraihnya dan alhamdulillah berhasil. Maka, kuncinya adalah meluruskan niat, maksimalkan ikhtiar dan yakinlah bahwa Allah Swt akan menyempurnakannya dengan keberhasilan yang kita raih. Insya Allah..
Sumber : mediaislamnet.com, komik muslimah