Semua orang pasti sudah merasakan penderitaan. Kita pernah merasakan
sakit hati, kecewa, dan bahkan dikhianati. Itu luka hati. Di antara
kita pernah juga luka fisik. Mungkin pernah juga ditimpa penyakit yang
berat, atau bahkan sejak lahir sudah cacat. Apa yang kamu lakukan saat
tertekan dan menderita?
Kamu terbiasa mengeluh? Menyalahkan keadaan? Atau malah menyalahkan
orang lain yang kamu anggap punya andil dalam kegagalan dan penderitaan
kamu?
Dalam menjalani hidup yang digariskan Allah Subhanahu wata’ala mungkin
ada getir yang kita rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis,
maka kegetiran menjadi sebuah keniscayaan. Hal yang terbaik adalah
senantiasa ridha atas ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk
mendapatkan keridhaanNya. Bukan mengeluh, sebab hanya mereka yang tak
beriman yang senantiasa putus harapan.
Pada praktiknya banyak di antara kita yang sering ambil jalan pintas
yang paling mudah, yakni mengarahkan telunjuk kita keluar. Celakanya
lagi, banyak yang tak mau sedikitpun berusaha untuk interospeksi. Ada
yang reaktif menyerang pihak lain, tak sedikit yang bisanya hanya
mengeluh dan mengeluh.
Ukhti, nggak usah malu untuk mengakui bahwa diri kita tidaklah
sempurna. Kegagalan adalah hal biasa. Kekalahan bukanlah akhir dari
segalanya. Kecewa dan sedih bukanlah kiamat. Selama kita mau menghadapi
kenyataan dengan realistis dan berusaha untuk mengubahnya, insya Allah
masih ada waktu untuk memperbaikinya. So, tak perlu
mengeluhkannya atau malah membuat kita hancur lebur di mata orang lain
karena kita selalu menyalahkan mereka yang dianggap andil dalam
kegagalan kita atau ketidakmampuan kita.
INTROSPEKSI DIRI
Pernah dengar kan istilah buruk muka cermin dibelah? Ya, ungkapan
ini cocok untuk menggambarkan orang yang nggak biasa berlapang dada.
Kalo emang kalah, harusnya akui kekalahan. Kalo emang salah, akui
kesalahan. Tak perlu juga mengeluh atau membela diri. Sportif
gitu lho. Jangan malah ngamuk-ngamuk untuk menuding orang lain sebagai
biang kegagalan dan kesalahan kita. Padahal, kitanya aja yang emang
lemah dan nggak mampu.
Sikap lapang dada ini harus dipupuk sejak anak-anak. Kejujuran dan
mau mengakui keunggulan orang lain harus dibiasakan sejak usia dini.
Atau, kalo pun sekarang kita udah pada gede, maka mulailah belajar untuk
lapang dada. Belum telat kok. Sebab, daripada capek-capek menyalahkan
orang lain, kan mendingan mengevaluasi kemampuan diri sendiri. Simpel.
Mudah pula. Betul?
TERIMA KENYATAAN TAPI JANGAN MENYERAH
Selain kita kudu interospeksi, kita juga jangan putus
asa. Interospeksi diperlukan agar kita mau sadar atas apa yang telah
kita perbuat. Tetapi tentu saja nggak cukup cuma menyadari. Masih ada
agenda yang harus dilakukan, yakni berusaha untuk memperbaiki kondisi
dan jangan pernah menyerah.
Kata pepatah hidup ini nggak selamanya bisa memilih. Adakalanya kita
harus rela menerima, sepahit apa pun kenyataannya. Nikmati saja. Nggak
usah bingung, nggak usah jadi beban. Anggap saja kegagalan ini bagian
dari dinamika hidup. Orang-orang yang lebih sentimentil suka bilang, ini
seninya hidup.
Kedengarannya indah banget ya? Tapi bagus tuh,
selain menghibur diri, juga belajar menikmati dengan senang hati
terhadap sesuatu yang sebenarnya tak kita inginkan dan tak kita
harapkan.
Kamu pernah nggak mengeluh ketika ditugaskan oleh ketua OSIS atau
Rohis di sekolah? Bagi mereka yang suka mengeluhkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya, alasannya seringkali banyak. Padahal intinya kamu
manja campur malas. Misalnya, disuruh ngisi pengajian. Gaga-gara nggak
ada sepeda motor lalu kamu malas. Tetapi untuk menutupi kemalasanmu,
kamu berusaha self defence. Bahkan kemanjaan kamu ditampakkan
juga dengan sedikit menimpakan kesalahan ke orang lain dengan beralasan,
“Nih sepeda motor teman saya dipake bapaknya, jadi teman saya nggak
bisa nganter saya deh ke pengajian. Lagi pula nih tiba-tiba penyakit
maag saya kambuh.” Waduh! Kesannya emang jadi mendramatisir. Mengeluh
dan sekaligus nyalahin orang.
Kondisi yang ‘mengkhawatirkan’ lainnya adalah, kalo kita berada pada
posisi yang benar-benar menderita dalam kegagalan, tetapi kita mengeluh
terus ketimbang berusaha mengubah kondisi itu. Setiap orang emang
berbeda dalam cara meresponnya. Itu semua bergantung kepada
pengalamannya dalam menikmati hidup ini. Bagi mereka yang kurang
‘terampil’ dan selalu lurus-lurus aja dalam hidupnya, maka bisa
dipastikan, ia akan kaget berat menghadapi beratnya ujian. Beda ama yang
udah biasa “pahit”, ia akan lebih dewasa dan bijak dalam bersikap.
Tidak ada keluhan, yang muncul selalu optimis.
Yakinlah sobat, kalo kamu menghadapi persoalan sulit, dan jika kamu
harus menelan rasa kecewa yang emang pahit itu, nikmati sajalah sebagai
bagian dari dinamika hidup kita. Nikmati apa adanya. Yakin saja bahwa
kamu bisa lolos dari tekanan itu atas pertolongan Allah Swt.
Kita harus yakin bahwa kita masih selalu bisa memperbaiki. Siapa tahu
“ketahan-malangan” itu akan berguna di masa depan. Yakin saja sobat!
Suatu saat kita akan terbiasa, dan terus mencari solusinya.
BADAI PASTI BERLALU
Sobat muda muslim, satu hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita
adalah, rasa pasti bahwa kehidupan ini akan normal kembali, meskipun
mungkin dalam beberapa kondisi kayaknya bisa dibilang tak menentu. Tapi
yakinlah, itu hanya sementara waktu saja. Ibarat penyakit mah, dalam tahap pemulihan. Ibarat badai, pasti akan berlalu.
Bila kegagalan itu sangat membuatmu patah semangat dan patah hati,
jangan mengeluh. Tetapi cobalah berani untuk membagi kesedihan dengan
orang lain. Paling nggak dengan orang yang dekat denganmu. Insya Allah,
dengan adanya shoulder to cry on—bahu untuk menangis, kita
bisa menumpahkan segala kesedihan, amarah, termasuk emosimu yang
lainnya setelah kegagalan itu kepada orang terdekat kita. Meskipun
mungkin sangat sulit untuk memulainya. Tapi, cobalah lebih dekat dengan
orang-orang yang spesial bagimu; kakakmu, ibumu, ayahmu, guru
pengajian, guru di sekolah, atau bahkan dengan teman kamu yang kamu
anggap cocok untuk curhat. Insya Allah bisa membantu.
So, jangan pernah terus mengurung diri dalam rasa kecewa
yang amat dalam. Gagal itu biasa. Tapi berusaha terus, itu yang luar
biasa. Jangan menyerah. Yakin saja, bahwa peristiwa itu akan sirna
seiring perjalanan waktu, kepedihan perlahan-lahan akan lenyap sejalan
dengan berlalunya waktu. Karena emang kegagalan bukanlah akhir dari
segalanya.
Oya, kamu juga bakal mengerti bahwa dalam upaya menghadapi sebuah
kegagalan, kamu akan menjadi lebih kuat, lebih mudah beradaptasi, dan
tentunya akan lebih pede menjalani hidup ini. Teruslah berusaha untuk
berhasil. Lupakan kegagalan. Tak perlu mengeluh. Selain itu, kamu kudu
berhenti mencari alasan untuk sebuah kegagalan. Jangan menyalahkan orang
lain atas kegagalanmu atau ketidakmampuanmu melakukan sesuatu. Ok?
Kita bisa mencontoh usaha tak kenal lelah Rasulullah saw. yang
berjuang 13 tahun di Mekkah untuk menyebarkan Islam. Bukan tanpa
kegagalan, tapi Rasulullah saw. selalu dapat bangkit kembali. Perjuangan
beliau 10 tahun di Madinah pun, banyak menuai kegagalan. Tapi
Rasulullah saw. tak gentar. Dakwahnya yang sering dicemooh kaum kafir
Quraisy, beliau jadikan sebagai cambuk untuk terus melaju. Hasilnya?
Sampai sekarang Islam menjelma menjadi sebuah kekuatan yang wajib
diperhitungkan pejuang ideologi lain.
So, jika menghadapi kesulitan dan kerumitan dalam hidup,
jangan menyerah, jangan mengeluh, jangan menyalahkan orang lain atas
penderitaan kita. Bersikaplah realistis. Kita memang manusia. Punya
kelemahan dan tentu saja keterbatasan. Keluhan tak ada artinya tanpa ada
perbuatan untuk mengubahnya. Apalagi selalu mengeluh. Awalnya sih bisa
dianggap wajar karena manusia kalo menderita ya langsung merespon
dengan berbagai ungkapan dan perilaku, termasuk mengeluh. Tetapi kalo
ngeluh terus dan selalu nyalahin orang lain, gimana kita mau belajar
mencambuk diri kita? Iya kan? Kamu bisa kan mengubah dan memperbaiki
diri menjadi yang terbaik? Insya Allah bisa selama kamu mau berusaha.
Bener banget! Tak sedikit yang berusaha bangkit, dan akhirnya mereka
berhasil. Namun banyak juga yang sudah berkali-kali bangkit tapi harus
jatuh pula berkali-kali. Mereka mengeluh? Ada yang mengeluh. Namun tak
sedikit yang tetap fokus pada apa yang ingin diraihnya dan
alhamdulillah berhasil. Maka, kuncinya adalah meluruskan niat,
maksimalkan ikhtiar dan yakinlah bahwa Allah Swt akan menyempurnakannya
dengan keberhasilan yang kita raih. Insya Allah..
Sumber : mediaislamnet.com, komik muslimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar